Selasa, 21 Juni 2011

20. Ulama-ulama Madzhab Syafi’i abad - III Hijriyah

1. lmam Syafi’i rahimahullah (wafat 204 H.)
Nama asli dari al-Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf. Gelar beliau adalah Abu Abdillah.
Orang arab biasanya jika menulis nama mendahulukan gelar daripada nama, sehingga disebut Abu Abdillah Muhammad bin Idris. Beliau lahir di Gaza, bagian selatan Palestina, pada tahun 150 Hijiriyah, pertengahan abad kedua hijriyah. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau lahir di Asqalan, tatapi kedua perkataan itu tidaklah berbeda karenaGaza dahulunya adalah daerah Asqalan. Kampung halaman Imam Syafi’I bukan di Gaza (Palestina) tapi di Mekkah (Hijaz). Kedua orang tua beliau datang ke Gaza untuk sebuah keperluan dan tidak lama beliau lahir di situ.
Suatu ketika ayah Imam Syafi’i wafat di Gaza dan beliau menjadi yatim, diasuh oleh Ibunya. Sejarah telah mencatat ada 2 peristiwa penting sekitar kelahiran Imam Syafi’i rahimahullah :
1. Sewaktu Imam Syafi’i masih dalam kandungan, ibunya bermimpi bahwa sebuah bintang telah keluar dari perutnya dan terus naik membubung tinggi, kemudian bintang itu berhamburan dan berserak menerangi daerah-daerah disekelilingnya. Ahli mimpi memaknai mimpi itu bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang ilmunya meliputi seluruh jagat.
Sekarang telah menjadi kenyataan bahwa ilmu Imam Syafi’i memang memenuhi dunia, bukan saja di tanah Arab, Timur Tengah dan Afrika, tetapi juga sampai kearah timur jauh, ke Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina dan lainnya.
2. Sepanjang sejarah pada hari dimana Imam Syafi’i dilahirkan, meninggal dua orang Ulama Besar, seorang di Baghdad (Irak) yaitu al-Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (Penbangun Madzhab Hanafi) dan seorang Ulama lagi di Mekkah yaitu al-Imam Ibnu Jurej al-Makky, Mufti Hijaz disaat itu.
Seorang ahli firasat berkata, ini merupakan pertanda bahwa anak yang lahir ini akan menggantikan yang meninggal dalam “ilmu dan kecerdasan”nya. Memang firasat ini akhirnya terbukti dalam kenyataan.
Nasab Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Saib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Muththalib bin Abdi Manaf bin Qushay. Abdul Manaf bin Qusyai yang menjadi kakek ke-9 Imam Syafi’i adalah Abdul Manaf bin Qushai yang juga menjadi kakek ke-4 Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa silsilah Nabi Muhammad adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Marah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Quzaiman bin Mudrikah bin Ilyas, bin Ma’ad bin Adnan sampai kepada Nabi Ismail ‘alaihis salam dan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Maka jelaslah bahwa silsilah Imam Syafi’i bertemu dengan silsilah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun dari pihak Ibu, Fatimah binti Abdmullah bin Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ibu Imam Syafi’i adalah cucu dari cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib, menantu, sahabat Nabi dan Khalifah ke-4 yang terkenal. Sepanjang sejarah telah ditemukan bahwa Said bin Abu Yazid, kakek Imam Syafi’i ke-5 adalah sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi baik dilihat baik dari segi nasab maupun dari segi keturunan ilmu, maka Imam Syafi’i rahimahullah adalah kerabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Gelar “asy-Syafi’i” dari Imam Syafi’i rahimahullah diambil dari kakek ke-4 beliau yaitu Syafi’i bin Saib.
Inilah lmam Besar, Mujtahid Muthlaq (Mujtahid Penuh) dalam Madzhab Syafi’i. Makam beliau terkenal dalam dunia Islam, yaitu di Syari’ Syafi’i di kota Kairo, Mesir.
Setelah melalui masa belajar selam 40 tahun dengan beberapa orang guru di Mekkah, Madinah, Yaman dan Baghdad, dan sesuai pula dengan izin guru-guru beliau, dalam usia 48 tahun yaitu tahun 198 H. Imam Syafi’i berfatwa sendiri mengeluarkan hukum dari Al Qur’an dan Hadits, yakni menjadi Mujtahid Muthlaq.
Imam Abu Muhammad Qadhi Hussein (wafat 462 H) berkata dalam Muqaddimah kitab Ta’liqahnya, bahwa Imam Syafi’i telah mengarang sebanyak 113 (seratus tiga belas) kitab yang terdiri dari kitab fiqih, tafsir, adab dan lain-lain. Diantara karangan beliau adalah :
1.  Ar Risalah, ushul fiqih yang pertama di dunia
2.  Al Hujjah, fiqih qaulul qadim
3.  Al Umm, fiqih qaulul jadid 4 jilid besar
4.  Mukhtasar Al Buwaithi, dihimpun oleh murid beliau Al Buwaithi
5.  Mukhtasar Ar Rabi’i, dihimpun oleh murid beliau Ar Rabi’ Al Muradi
6.  Mukhtasar Al Muzanni, dihimpun oleh murid beliau Al Muzanni
7.  Risalah fi Bayanin Nasikh al Mansukh, ushul fiqih
8.  Ahkamul Qur’an, ayat-ayat hokum dalam Al Qur’an
9.  Ikhtilaful Ahadits, hadits-hadits
10.    Al Amali Al Kabir, fiqih
11.    Kitabus Sunan, hadits
12.    Kitabul Asma wal Qabail, sejarah
13.    Al fiqhul Akbar, fikih
14.    Jami’i Muzanni al Kabir, fiqih
15.    Jami’i Muzanni as Shaghir, fiqih
16.    Al Qassamah, fiqih
17.    Qital Ahli Baghyi, fiqih
18.    Al Musnad, hadits
19.    Ibtalul Istihsaan, ushul fiqih
20.    Istiqbalul, Qiblatain, fiqih
21.    Al Jizyah, fiqih
22.    Al Qiyas, ushul fiqih
Kitab Imam Syafi’i terbagi dua, yaitu :
1.  Kitab Qadim, kitab lama, kitab yang beliau karang sendiri dibantu oleh sahabat-sahabatnya atas perintah beliau ketika beliau berada di Iraq. Kitab Qadim yang terkenal adalah “Al Hujjah” dan kitab yang dirumuskan atau diriwayatkan oleh murid/sahabat beliau yaitu Abu Tsur Ibrahim bin Khalid al Kalbi, Abu Ali Hasan bin Muhammad Az Za’farani, Abu Ali al Karabisi, dan Imam Ahmad bin hambal sebelum jadi Mujtahid saat tinggal di Baghdad.
2.  Kitab Jadid, kitab baru, kitab yang beliau karang sendiri dibantu oleh sahabat-sahabatnya atas perintah beliau ketika beliau berada di Mesir. Kitab Qadim yang terkenal adalah “Al Umm” dan kitab yang dirumuskan atau diriwayatkan oleh murid/sahabat beliau yaitu Abu Ya’qub al Buwaithi, Al Muzanni, Rabi’ bin Sulaiman al Jizi, Rabi’ bin Sulaiman al Muradi, Ismail bin Harmalah, Abu Bakar Az Zabiri yang terkenal dengan nama Al Humaidi, Muhammad bin Abdul Hakam al Mishri, Abdullah bin Abdul Hakam al Mishri, Yunus bin Abdul Ya’la.
Rabi’ al Muradi adalah sahabat Imam Syafi’i yang menyusun bab-bab pada kitab Al Umm yang terkenal. Jika terdapat nama “Rabi’” dalam kitab fiqih, maka maksudnya dalah Rabi’ al Muradi ini. Kitab Al Umm riwayat Rabi’ al Muradi cetakan Maktabah Azhariyah, Kairo, 1961 M (1381 H), 9 jilid. Pada akhir kitab Al Umm ini dicetakan kitab Mukhtashar Muzanni.
Adapun kitab Ar Risalah pada nomor 1 di atas adalah kitab Ushul Fiqih yang pertama di dunia, karena yang pertama merumuskan ilmu Ushul Fiqih adalah Imam Syafi’i. Boleh dikata bahwa Imam Syafi’i lah sebagai pembuka mata ummat Islam dan pemberi pedoman yang ampuh tentang bagaiman car mengartikan al Qur’an dan hadits, serta bagaimana cara menggali dan mengambil hukum  Fiqih dari al Qur’an dan hadits, yaitu dengan kitab Ar Risalah ini. Banyak ulama’ulama yang mengakui, diantaranya :
1.  Imam Ahmad bin Hanbal, pembangun Madzhab Hanbali, berkata : “Kalau tidak ada Imam Syafi’i kami tidak akan mengetahui hokum fiqih yang ada dalam hadits.”
2.  Abul Hasan, seorang ulama sahabt Imam Hanafi berkata: “Kalau ahli hadits memperkatakan suatu hadits, seolah-olah mereka berkata dengan lidah Imam Syafi’i.”
3.  Imam Za’farani berkata : “Adalah ahli hadits tidur nyenyak, maka dibangunkan oleh Imam Syafi’i, lalu mereka terbangun.”
Itulah diantara puji-pujian terhadap Imam Syafi’i disebabkan oleh kitabnya Ar Risalah. Kitab Ar Risalah cetakan Musthafa Babil Halabi, Kairo 1940 M (1358 H), 1 jilid, setebal 670 halaman.
Kitab Ahkamul Qur’an yang tersebut pada nomor 8 di atas, adalah kitab yang menerangkan khusus ayat hokum yang ada dalam al Qur’an sebanayk 500 ayat. Imam Syafi’i adalah yang mula-mula mengarang kitab seumpama itu, dan kemudian disusul oleh kitab karangan Abu Tsur al Baghdadi (wafat 246 H), Imam Baihaqi (wafat 458 H), Imam Al Kiyaharasi (wafat 504 H) dan lain-lain.
Perlu diketahui juga bahwa murid-murid yang belajar langsung kepada Imam Syafi’i adalah :
1.  Ar Rabi’ bin Sulaiman al Muradi (wafat 270 H)
2.  Al Buwaithi (wafat 231 H)
3.  Al Muzanni (wafat 264 H)
4.  Harmalah (wafat 243 H)
5.  Az Za’farani (wafat 245 H)
6.  Al Karabisi (wafat 245 H)
7.  At Tujibi (wafat 250 H)
8.  Ishaq bin Rahuyah (wafat 238 H)
9.  Muhammad bin Syafi’i (wafat 240 H)
10.    Al Humaidi (wafat 219 H)
11.    Ahmad bin Hanbal, kemudian menjadi Imam Mujtahid, membentuk madzhab sendiri, yaitu Madzhab Hanbali.
Inilah diantaranya 11 orang murid langsung dari Imam Syafi'i rahimahullah yang kemudian menjadi ulama Besar dan tetap teguh memegang Madzhab Syafi’i. Dengan perantaraan beliau-beliau inilah Madzhab Syafi’I tersiar luas ke pelosok-pelosok dunia Islam terutama ke bagian Timur dari Hijaz, yaitu ke Iraq, ke Khurasan, ke Maawara an Nahr, ke Adzerbaijan, ke Tabristan, juga ke Sind, ke Afganistan, ke India, ke Yaman dan terus ke Hadramaut, ke Pakistan, India dan Indonesia.
Beliau-beliau ini menyiarkan Madzhab Syafi’i dengan lisan dan tulisan. Selain dari itu ada dua orang murid Imam  Syafi’i rahimahullah '' yaitu Imam Ahmad bin Hanbal, (wafat-241 H) yang kemudian "ternyata membentuk satu aliran fikih yang bernama Madzhab Hanbali. Yang kedua Syaikh Muhammad bin Abdul Hakam,  seorang Ulama murid langsung dari Imam Syafi’i rahimahullah yang ilmunya tidak kalah dari al Buwaithi. Beliau ini pada akhir umurnya berpindah ke Madzhab Maliki dan wafat dalam tahun 268 H. di Mesir.
Ulama-ulama, murid yang langsung dari Imam Syafi’i  rahimahullah ini boleh dinamakan Ulama Syafi’iyah TINGKATAN PERTAMA. Ada tingkatan kedua, yaitu ulama-ulama Syafi’iyah yang wafat dalam abad ketiga juga, tetapi tidak belajar kepada Imam Syafi’i rahimahullah sendiri, melainkan kepada murid-murid Imam Syafi’i rahimahullah.

2. Al Humaidi (wafat 219 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Zubair bin Isa Abu Bakar al Humaidi.
Beliau yang membawa dan mengembangkan Madzhab Syafi’i di Makkah, sehingga beliau diangkat menjadi Mufti Makkah. Beliau murid langsung Imam Syafi’i dan menjadi ulama’ besar. Beliau wafat di Makkah tahun 219 H.

3. Al Buwaithi (wafat 231 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abu Ya'kub Yusuf bin Yahya al Buwaithi, lahir di desa Buwaithi (Mesir) wafat 231 H. Beliau ini adalah murid langsung dari Imam Syafi'i rahimahullah, sederajat dengan Ar Rabi'i bin Sulaiman al Muradi.
Imam Syafi’i berkata : "Tidak seorang juga yang lebih berhak atas kedudukanku melebihi dari Yusuf bin Yahya al Buwaithi" dan Imam Syafi’i rahimahullah berwasiat, manakala beliau wafat maka yang akan menggantikan kedudukan beliau sebagai pengajar adalah Al Buwaithi ini. Beliau menggantikan Imam Syafi’i rahimahullah berpuluh tahun dan pada akhir umur beliau ditangkap lantaran persoalan "fitnah Quran", yaitu tentang makhluk atau tidaknya Quran yang digerakkan oleh kaum Mu'tazilah. Akhirnya al Buwaithi ditangkap oleh Khalifah yang pro faham Mu'tazilah, lalu dibawa dengan ikatan rantai pada tubuhnya ke Baghdad. Beliau meninggal dalam penjara di Baghdad tahun 231 H.
Beliau syahid karena mempertahankan kepercayaan dan i'tiqad beliau, yaitu i'tiqad kaum Ahlussunnah wal Jama'ah yang mempercayai bahwa Quran itu adalah Kalam Allah yang Qadim, bukan makhluk "ciptaan Allah".

4. Ishaq bin Rahuyah (wafat 238 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abu Ya’qub, Ishaq bin Ibrahim bin Makhlad bin Ibrahim, dan terkenal dengan nama Ibnu Rahuyah. Dilahirkan pada tahun 16 H dan wafat tahun 238 H. Mempelajari ilmu fiqih dan ilmu hadits langsung kepada Imam Syafi’i.
Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad bin Hanbal banyak mengambil hadits kepada Ishaq bin Rahuyah. Imam Nasai mengatakan bahwa Ibnu Rahuyah adalah “tsiqah”, yaitu dipercayai.
Satu tafsir karangan beliau adalah “Tafsir Ibnu Rahuyah”.

5. Muhammad bin Syafi’i (wafat 240 H.)
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Syafi’i, anak tertua dari Imam Syafi’i. Gelarnya Abu Usman al Qadhi. Pada akhir usia beliau menjabat sebagai Qadhi di Jazirah dan wafat di tempat itu pada tahun 240 H.

6. Harmalah at Tujibi (lahir tahun 166 H. – wafat tahun 243 H.).
Nama lengkapnya Harmalah bin Yahya Abdullah at Tujibi, murid langsung Imam Syafi’i rahimahullah. Beliau seorang Ulama Besar penegak Madzhab Syafi’i yang banyak menyusun kiab-kitab Madzhab Syafi’i. Di dalam Madzhab Syafi’i terkenal Kitab Harmalah, yaitu kitab karangan Imam Syafi’i rahimahullah yang disusun oleh murid beliau ini, yaitu Harmalah bin Yahya.
Selain beliau ahli fikih syafi’i yang terkenal, juga beliau ahli Hadits yang banyak menghafal hadits-hadits Nabi. Kabarnya beliau telah menghafal 10.000 hadits Nabi. Diantara ahli-ahli hadits yang menjadi murid dari Harmalah ini, terdapat Imam Muslim yang terkenal, Imam Ibnu Qutaibah, dan Imam Hasan bin Sofyan.

7. Al Karabisi (wafat 245 H.).
Nama lengkap beliau adalah Imam Abu 'Ali Husein bin 'Ali al Karabisi. Beliau juga seorang murid langsung dari Imam Syafi’i rahimahullah sesudah terlebih-dahulu menganut ajaran lmam Abu Hanifah (Hanafi) dan kemudian masuk dalam Madzhab Syafi’i. Beliau adalah menjadi tiang tengah dalam menegakkan fatwa dan aliran-aliran Imam Syafi’i rahimahullah

8. Abu Thur Al Baghdadi (wafat 246 H.)
Nama lengkap beliau adalah Ibrahim bin Khalid bin al Yaman al Kalbi, salah seorang sahabt Imam Syafi’i. Banyak kitab karangan beliau, diantaranya :
1.  Ahkamul Qur’an.
2.  Kitabus Shalah.
3.  Kitabus Syiyam.
4.  Kitabut Thaharah.
5.  Kitabul Manasik.

9. At Tujibi (wafat 250 H.).
Ahmad bin Yahya bin Wazir bin Sulaiman at Tujibi. Beliau adalah seorang Ulama yang belajar langsung dalam ilmu fiqih kepada Imam Syafi’i rahimahullah. Meninggal dan bermakam di Mesir.

10. Imam Bukhari (wafat 256 H.).
Nama lengkap beliau Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughitah bin Bardizbah al Jufri al Bukhari. Lahir tahun 194 H. di Bukhara Asia Tengah. Sejak kecil beliau sudah menghafal Al-Quran di luar kepala dan sangat menyukai mencari dan mendengar Hadits-hadits Nabi. Kemudian selama 16 tahun beliau menyusun dan mengarang kitab sahihnya yang berjudul kitab "Sahih al Bukhari".
Beliau selalu berkelana ke daerah-daerah dan kota-kota negeri Islam ketika itu. Beliau belajar hadits-hadits di negerinya dan kemudian pergi ke Balkha, ke Marwa, ke Nisabur, ke Rai, ke Basrah, ke Kufah, ke Mekkah, ke Madinah, ke Mesir, ke Damaskus, ke Asqalan dan lain-lain.
Perialanan beliau ini adalah dalam rangka mencari ulama-ulama yang menyimpan hadits dalam dadanya untuk dituliskannya di dalam kitab yang ketika itu sangat kurang sekali. Kitab sahih Bukhari itu adalah kitab agama Islam yang kedua sesudah Al-Quran. Hadits-hadits di dalamnya menjadi sumber hukum yang kuat dalam fiqih (hukum) Islam.
Pada mulanya beliau sampai menghafal hadits sebanyak 600.000 hadits yang diambilnya dari 1080 orang guru, tetapi kemudian setelah disaring dan disaringnya lagi, maka yang dituliskannya dalam kitab Sahih Bukhari hanya 7275 hadits. Kalau disatukan hadits yang berulang-ulang disebutnya dalam kitab itu, jadinya beriumlah 4000 hadits yang kesemuanya hadits sahih dan diterima oleh seluruh dunia Islam, terkecudi oleh orang  yang buta mata hatinya.
Diantara guru beliau dalam fiqih Syafi’i adalah Imam al Humaidi, sahabat Imam Syafi’i yang belajar fiqih kepada Imam Syafi’i ketika berada di Makkah al Mukarramah. Juga beliau belajar fiqih dan Hadits kepada Za'farani dan Abu-Tsur dan Al Karabisi, ketiganya adalah murid Imam Syafi’i rahimahullah. Demikian diterangkan oleh Imam Abu 'Ashim al Abbadi dalam kitab “Thabaqat"nya.
Beliau tidak banyak membicarakan soal fiqih, tetapi hampir semua pekerjaan beliau berkisar kepada hadits-hadits saja yang tidak mengambil hukum dari hadits-hadits ini. Ini suatu bukti bahwa beliau bukan Imam Mujtahid, tetapi ahli hadits yang di dalam furu' syari'at beliau menganut Madzhab Syafi’i rahimahullah. Di dalam kitab "Faidhul Qadir" syarah “Jamius Shaghir” pada juz I halaman 24 diterangkan bahwa Imam Bukhari mengambil fiqih dari al Humaidi dan sahabat Imam Syafi’i yang lain.
Imam Bukhari tidak mengambil hadits dari lmam Syafi’i rahimahullah karena Imam Syafi’i meninggal dalam usia muda, tetapi Imam Bukhari belajar dan mengambil hadits dari murid-murid Imam Syafi'i rahimahullah. Tetapi sungguh pun begitu, dari dalam kitab Sahih Bukhari ada dua kali nama Imam Syafi’i disebut, yaitu pada bab Rikaz yang lima dalam kitab zakat dan pada bab Tafsir 'Araya dalam kitab Buyu'. (lihat Fathul Bari juz IV halaman 106 dan pada juz V halaman 295).

11. Az Za'farani (wafat 260 H.).
Nama lengkap beliau ini adalah Imam aI Hasan bin Muhammad Ash Shabah az Za'farani. Lahir di dusun Za'farani dan kemudian pindah ke kota Bagdad di mana di sini beliau belajar kepada Imam syafi’i rahimahullah. Imam Az Za’farani adalah murid langsung dari Imam Syafi’i. Imam Bukhari seorang ahli Hadits yang terkenal banyak mengambil Hadits dari az Za'farani ini tetapi beliau bukan menjadi orang Mujtahid dalam fiqih. Beliau tetap memegang Madzhab Imam Syafi’i rahimahullah. Dari beliau ini mengalirlah ajaran fikih Syafi’i kepada Imam Bukhari yang terkenal, sehingga Imam Bukhari menganut Madzhab Syafi’I juga dalam syari'at dan ibadat.

12. Al Iyali (wafat 260 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad al Iyali al Baghdadi. Beliau seorang ulama’ Syafi’i yang terkenal di Baghdad, yang mengarang kitab fiqih bernama “Al Ma’aqil wad Diyaat”.

13. Al-Imam Muslim (wafat 261 H.)
Beliau adalah Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, yang lebih dikenal dengan Imam Muslim. Dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.
Beliau juga sudah belajar hadits sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al Bukhari dan ulama lain selain mereka.
Orang yang menerima Hadits dari beliau ini, termasuk tokoh-tokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab Shahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari. Kedua kitab hadits shahih ini; Shahih Bukhari dan Shahih Muslim biasa disebut dengan Ash Shahihain. Kadua tokoh hadits ini biasa disebut Asy Syaikhani atau Asy Syaikhaini, yang berarti dua orang tua yang maksudnya dua tokoh ulama ahli Hadits. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhrajahuma yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya :
1. Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim
2. Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits)
3. Kitab al-Asma wal-Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Su`alatihi Ahmad bin Hambal
7. Kitab al-Intifa` bi Uhubis-Siba`
8. Kitab al-Muhadramin
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid
10. Kitab Auladish-Shahabah
11. Kitab Auhamil-Muhadditsin

14. Al Muzanni (wafat 264 H.)
Nama lengkap beliau adalah Imam Abu Ibrahim, Ismail bin Yahya Al Muzani, lahir di Mesir 175 H dan 25 tahun lebih muda dari Imam Syafi'i rahimahullah.
Al Muzani adalah murid langsung dan sahabat dekat Imam Syafi’i. Beliau mendengar, memperhatikan dan melihat contoh secara langsung dari Imam Syafi’i, yang kemudian dirumuskan dan dituliskan dalam sebuah kitab. Jadi beliau bisa dikatakan sebagai sekretaris pribadi Imam Syafi’i, membantu dalam menyelesaikan dan menyusun kitab dari fasal hingga bab sehingga terbentuk sebuah kitab karangan.
Karangan Al Muzanni dan sahabat Imam Syafi’i lainnya, pada hakekatnya adalah karangan Imam Syafi’i yang disusun menurut fasal dan bab oleh para sahabat Imam Syafi’i.
Sebagai contoh, dalam daftar kitab karangan Imam Syafi’i nomor 6. di atas adalah “Mukhtashar al Muzanni”, tetapi dalam kitab karangan al Muzanni disebut pula “Mukhtashar al Muzanni”, dan kitabnya adalah itu juga. Hal yang sama juga terdapat pada kitab karangan Buwaithi, Rabi’ al Muradi, Rabi’ al Jizi dan lainnya.
Imam Syafi'i rahimahullah pernah berkata  tentang sahabatnya ini, bahwa Al Muzani adalah pembela Madzhabnya. Setelah Imam al Buwaithi ditangkap maka al Muzany menggantikan kedudukannya dalam halakah Imam Syafi’i itu sampai beliau wafat pada tahun 264 H. (60 tahun terkemudian dari Imam Syafi’i rahimahullah).
Beliau adalah seotang ulama yang saleh, zuhud dan rendah hati. Beliau banyak mengarang kitab fiqih Syafi’iyah, diantaranya :
1. Al Jami'al Kabir
2. Al Jami'as Shaghir.
3. Al Mukhtashar
4. Al Mantsur.
5. At Targib fil Ilmu.
6. Kitabul Watsaiq.
7. Al Masail al Mu'tabarah.
8. Dan lain-lain.
Imam Nawawi mengatakan dalam kitabnya “Tahdzib”, bahwa kitab fiqih Mukhtashar karangan al Muzanni termasuk diantar lima kitab fiqih yang masyhur. Sedangkan Imam Surej mengatakan bahwa kitab Mukhtashar al Muzanni yang pertama kali memakai aturan bab dan fasal. Ulama’ fiqih kemudian mengikuti jejak al Muzanni dalam mengatur dan menyusun bab dan fasal dalam kitabnya sebagaimana banyak kita lihat sekarang ini.
Banyak ulama yang mensyarah kitab kitab Mukhtashar al Muzanni, diantaranya :
1.  Syarah al Muzanni, karangan Abu Ishaq al Marwadzi (wafat 340 H)
2.  Al ifshah, karangan Abu Ali Hussein bin Qasim at Thabari (wafat 350 H)
3.  Syarah al Muzanni, karangan Abu Hamid Ahmad bin Basyar bin Amir al Marwadzi (wafat 362 H)
4.  Syarah al Marwadi, karangan Abu Suraqah Muhammad bin Yahya as Syafi’i (wafat 410 H)
5.  Syarah al Muzanni, karangan Muhammad bin Abdillah al Marwadzi al Mas’udi (wafat 420 H)
6.  Syarah al Muzanni, karangan Abul Futuh Ali bin Isa (wafat 421 H)
7.  Syarah al Muzanni, karangan Abu Ali Hussein bin Su’aib as Sinji (wafat 430 H)
8.  Syarah al Muzanni, karangan Abu Thaib at Thabari (wafat 445 H)
9.  As Syafi’i, karangan Imam Abu Bakar Muhammad bin Ahmad as Syasyi (wafat 507 H)
10.    Syarah al Muzanni, karangan Ibnu Adlan Muhammad al Haddadi al Manawi (wafat 749 H)
11.    Syarah al Muzanni, karangan Abdul Jabar bin Abdul Ghani al Basri (wafat 624 H)
12.    Syarah al Muzanni, karangan Yahya, Muhammad al haddadi al Manawi (wafat 871 H)
13.    Syarah al Muzanni, karangan Qadhi Zakariyya al Anshari (wafat 922 H)
Di samping itu banyak ulama’ yang hanya membuat ta’liqahnya saja.

15.   Ahmad bin Sayyar (wafat 268 H.)
Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Sayyar bin Ayyub Abu Hasan al Marwadzi (Marwin). Beliau adalah murid dari Ishaq bin Rahuyah (wafat 238 H). Ulama’-ulama madzhab Syafi’i seperti Nisai, Ibnu Khuzaimah dan Imam Bukhari mengambil ilmu kepada Ahmad bin Sayyar.
Kitab “Tarikh Marwin” adalah karangan beliau dan beliau mengembangkan madzhab Syafi’i di Marwin, Gazanah India, Afghanistan dan sekitarnya.

16. Ar Rabi'i bin Sulaiman al Muradi (wafat 270 H.)
Beliau ini adalah murid langsung dari Imam Syafi’i rahimahullah, dibawa dari Baghdad sampai ke Mesir. Lahir tahun 174 H. dan wafat tahun 270 H. Beliau inilah yang membantu Imam Syafi’i rahimahullah, menulis kitabnya Al Umm dan kitab ushul Fiqih yang pertama di dunia, yaitu Kitab Risalah al Jadidah.
Berkata Muhammad bin Hamdan : "Saya datang ke rumah Rabi’i pada suatu hari, di sana didapati di hadapan rumahnya 700 kendaraan membawa orang yang datang mempelajari kitab Syafi’i dari beliau". Ini suatu bukti bahwa Ar Rabi'i bin Sulaiman al Muradi adalah seorang yang utama, penyiar dan penyebar Madzhab Syafi’i rahimahullah.
Tetsebut dalam kitab Al Majmu' halaman 70, kalau ada perkaaan "sahabat kita ar Rabi’i" maka maksudnya adalah Ar Rabi'i bin Sulaiman al Muradi ini. Di dalam kitab Al Muhadzab tidak ada Ar Rabi'i selain ar Rabi'i ini, kecuali satu Ar Rabi’i dalam masalah menyamak kulit yang bukan Ar Rabi'i ini, tetapi Ar Rabi’i bin Sulaiman al Jizi. (Beliau ini adalah sahabat Imam Syafi’i rahimahullah juga).

17. Al-Imam Ibnu Majah (wafat 275 H.)
Nama beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Ia dilahirkan pada tahun 207 Hijriah dan meninggal pada hari selasa, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Ramadhan tahun 275. Ia menuntut ilmu hadits dari berbagai negara hingga beliau mendengar hadits dari madzhab Maliki dan Al Laits. Sebaliknya banyak ulama yang menerima hadits dari beliau.
Ibnu Majah menyusun kitab Sunan Ibnu Majah dan kitab ini sebelumnya tidak mempunyai tingkatan atau tidak termasuk dalam kelompok kutubus sittah (lihat di bagian hadits) karena dalam kitabnya ini terdapat hadits yang dlaif bahkan hadits munkar. Oleh karena itu para ulama memasukkan kitab Al Muwaththa karya Imam Malik dalam kelompok perawi yang lima (Al Khamsah). Menurut penyusun (Ibnu Hajar) ulama yang pertama kali mengelompokkan atau memasukkan Ibnu Majah kedalam kelompok Al Khamsah itu adalah Abul Fadl bin Thahir dalam kitabnya Al Athraf, kemudian Abdul Ghani dal kitabnya Asmaur Rijal.

18. Imam Abu Daud (wafat 275 H.).
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman bin Asy'ats bin Ishak as Sijistani, yang kemudian terkenal dengan Imam Abu Daud saja. Beliau berasal dari Sijistan sebuah desa di India, lahir pada tahun 202 H. Seorang ulama ilmu hadits yang terkenal yang kitabnya “Sunan Abu Daud” termasuk kitab hadits yang enam, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah dan Tirmidzi. Selain itu beliau adalah ahli fiqih Syafi'i yang dipelajarinya dari Ishaq Ibnu Rahuyah dan lain-lain ulama Syafi’iyah.

19. Abu Hatim ar Razi (wafat 277 H.).
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin Munzhir bin Daud bin Mihran. Abu Hatim ar Razi, lahir tahun 195 H. Beliau adalah seorang Ulama Syafi’iyah yang besar, yang mengatakan bahwa beliau telah berjalan kaki mencari hadits pada tingkat pertama sepanjang 1000 farsakh. Beliau berjalan kaki dari Bahrein ke Mesir, ke Ramlah di Palestina, ke Damaskus, ke Inthakiah, ke Tharsus, kemudian kembali ke Iraq dalam usia 20 tahun. Diantara guru beliau dalam fikih ialah Yunus bin Abdul NaIa, yaitu sahabat-sahabat Imam Syafi’i rahimahullah.

20. Ad Darimi (wafat 280 H.).
Nama lengkap beliau adalah Utsman bin Sa'id bin Khalid bin Sa'id as Sijistani al Hafizh Abu Sa'ad ad Darimi. Beliau seorang ahli hadits yang terkenal dan juga ahli fiqih Syafi’i. Beliau belajar fiqih kepada sahabat-sahabat Imam Syafi’i rahimahullah yaitu kepada Al-Buwaithi dan juga kepada Ishak bin Rahuyah. Beliau mengarang kitab hadits besar bernama "Masnad Darimi” dan juga mengarang kitab untuk menolak Bisyir al Marisi, Imam Mu'tazilah.

21. Ibnu Abid Dun-ya (wafat 281 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar, Abdullah bin Muhammad bin Ubeid bin Sofyan bin Abid Dun-ya al Qarasyi, dilahirkan pada tahun 208 H. Beliau guru dan mengajar anak-anak khalifah Baghdad.
Kitab karangan beliau banyak, terutama dalam bidang tasawwuf, diantaranya :
1.  Mukaidus syaithan (tipu daya syaithan)
2.  Akhbarul Qubur (hadits yang bertalian dengan qubur)
3.  Hunudzan billah (tasawuf)
4.  Dzammul Hasad (tasawuf)
5.  Dzammul Malahi (tasawuf)
6.  Muhasabatun nafsi (tasawuf)

22. Abu Abdillah al Marwadzi (wafat 294 H.)
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah, Muhammad bin Nashar al Marwadzi, lahir di Baghdad tahun 202 H. Bermukim di Naisabur (Persi) dan wafat di Samarkand pada tahun 294 H.
Menurut Imam Nawawi dalam kitab “Tahdzibul Asma”, Marwadzi banyak mengarang kitab diantaranya :
1.  Ta’dzimus Shalah
2.  Qiyamul Laili
3.  Kitabul Qassamal
4.  Kitabus Shiyam
5.  Kitabul wara’.

23. lmam Abu Ja'far at Tirmidzi (wafat 295 H.).
Nama lengkap beliau ini adalah Muhammad bin Ahmad bin Nashar, Abu Ja'far at Tirmidzi. Beliau adalah seorang ulama Besar Syafi’iyah di Iraq sebelum masanya Ibnu Surej. Beliau mengarang sebuah kitab dengan judul "Kitab Ikhtilaf Akhlis Shalat" dalam ushuluddin.

24. Al Juneid Baghdadi (wafat 298 H.).
Nama lengkap beliau, Abdul Qasim Juneid bin Muhammad bin Juneid al Bagdadi. Beliau adalah seorang ahli tasawuf besar yang sampai sekarang masyhur namanya dalam dunia Islam. Beliau belajar ilmu fiqih kepada Abu Tsur al Kalbi (murid Imam Syaf’'i rahimahullah) dan dalam usia 20 tahun sudah berfatwa.

Inilah di antaranya sahabat-sahabat Imam Syafi'i rahimahullah dan Ulama-ulama Syafi’iyah yang wafat pada abad ke III, yaitu abad dimana Imam Syafi’i rahimahullah wafat yaitu pada tahun 204 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar